PENGEMBANGAN AKUNTANSI MANAJEMEN DENGAN IMPLIKASI
RISET AKUNTANSI KEPERILAKUAN
I.
PENDAHULUAN
Akuntansi
yang kita kenal sekarang telah berkembang seiring dengan zaman dan peradaban
manusia. Masyarakat modern tidak dapat terlepas dari apa yang dinamakan
akuntansi. Namun, akuntansi yang telah diterapkan sekarang, baik di perusahaan
profit oriented maupun non profit oriented, sebenarnya telah mengalami evolusi.
Tulisan
berupa hitungan-hitungan sederhana yang ditemukan di gua-gua prasejarah di
beberapa negara, seperti pedalaman Amerika, Eropa, Arab, dan Asia menjadi bukti
bahwa manusia zaman batu telah mengenal akuntansi. Tonggak sejarah yang masih
tertulis dan dikatakan sebagai awal dan cikal bakal akuntansi adalah zaman Luca
Pacioli. Pacioli memperkenalkan sistem pembukuan berpasangan, yang disebut
double entry bookkeeping system.
Dalam perkembangan
akuntansi, bidang yang paling awal berkembang adalah akuntansi keuangan.
Seiring dengan perkembangan industri yang sangat pesat karena kebutuhan akan
informasi, maka berkembanglah bidang-bidang lain, seperti akuntansi biaya,
akuntansi manajemen, auditing, akuntansi perpajakan, akuntansi sektor publik,
sistem informasi akuntansi, akuntansi keperilakuan dan perkembangan terakhir
khususnya di Indonesia adanya konsep akuntansi syariah. Bidang akutansi dapat
dipandang dari berbagai sudut pandang sehingga memperkaya bidang akuntansi.
Akuntansi manajemen menghasilkan informasi untuk pihak internal perusahan
(internal user), sedangkan akuntansi keuangan menghasilkan informasi untuk
pihak eksternal perusahaan (external user).
Akuntansi manajemen
merupakan suatu sistem informasi karena proses dari akuntansi manajemen akan
menghasilkan informasi. Pembuat informasi atau pengguna sistem informasi adalah
manusia (bisa para manajer, investor, pemerintah, dan user lainnya yang
berkepentingan dengan informasi tersebut). Keberhasilan suatu sistem informasi
tak lepas dari perilaku manusianya. Perkembangan akuntansi tak lepas dari
perilaku. Mendesaknya kebutuhan akuntansi dan pentingnya peranan manusia dalam
bidang akuntansi maka dengan mengadopsi bidang-bidang ilmu lainnya, seperti
ilmu psikologi dan sosial, lahirlah akuntansi keperilakuan. Akuntansi
keperilakuan akhirnya diakui keberadaannya dan banyak bukti empiris yang
dihasilkan oleh para peneliti yang ikut memperkuat bidang akuntansi
keperilakuan.
Akuntansi keperilakuan
(behavioral accounting) merupakan bidang yang sangat luas. Dalam perkembangan
riset empirisnya diawali dari bidang akuntansi manajemen dan kemudian ke bidang
lainnya. Dalam analisisnya banyak didukung oleh teori yang ada di disiplin ilmu
lainnya. Suatu hal yang menarik dalam mengkaji bidang riset akuntansi
keperilakuan ini adalah mengkaitkannya dengan akuntansi manajemen (managerial
accounting). Riset akuntansi keperilakuan dalam bidang akuntansi manajemen yang
pertama kali berkembang adalah isu budgeting.
Untuk lebih memahami
implikasi riset akuntansi keperilakuan (behavioral accounting research/BAR)
terhadap pengembangan akuntansi manajemen (managerial accounting), kajian akan
dimulai dari perkembangan akuntansi keperilakuan, akuntansi manajemen, riset
akuntansi keperilakuan dalam akuntansi manajemen, seperti budgeting, balanced
scorecard (BSC), just in time (JIT), total quality management (TQM), dan
activity based costing system (ABC system).
II.
TINJAUAN TEORI
Akuntansi Keperilakuan dan
Perkembangannya
Ikhsan (2005)
menyatakan bahwa tujuan ilmu keperilakuan adalah untuk memahami, menjelaskan,
dan memprediksi perilaku manusia sampai pada generalisasi yang ditetapkan
mengenai perilaku manusia yang didukung oleh empiris yang dikumpulkan secara
impersonal melalui prosedur yang terbuka, baik untuk peninjauan maupun
replikasi dan dapat diverifikasi oleh ilmuwan lainnya yang tertarik. Selanjutnya
Ikhsan (2005) menjelaskan bahwa akuntansi keperilakuan menyediakan suatu
kerangka yang disusun berdasarkan teknik yang bertujuan sebagai berikut :
1.
Untuk memahami danmengukur dampak proses
bisnis terhadap orang-orang dan kinerja perusahaan,
2.
Untuk mengukur dan melaporkan perilaku
serta pendapat yang relevan terhadap perencanaan strategis, dan
3.
Untuk mempengaruhi pendapat dan perilaku
guna memastikan keberhasilan implementasi kebijakan perusahaan.
Bidang keperilakuan
dalam akuntansi dapat dikatakan masih baru dibandingkan dengan akuntansi
keuangan. Topik keperilakuan ini mulai berkembang pada tahun 1950-an. Pada Juni
1951 Controllership Foundation of America mensponsori suatu riset untuk
penyelidikan dampak anggaran (Ikhsan,2005). Hal itu diawali dari penelitian
Argyris (1952), yang meneliti hubungan antara manusia dengan anggaran dan
kemudian diikuti oleh peneliti-peneliti lainnya.
Awal perkembangan riset
keperilakuan ini telah dikaji dalam studi yang dilakukan Lord (1989). Lord
mengkaji perkembangan riset akuntansi keperilakuan (behavioral accounting
research) dari tahun 1952 sampai dengan tahun 1981. Lord (1989) mengelompokkan
perkembangan hasil penelitian yang berkaitan dengan bidang riset akuntansi
keperilakuan menjadi enam fokus penelitian, antara lain akuntansi dalan konteks
organisasi (accounting in an organizational context), penganggaran (budgeting),
pemikiran psikologi (early psychology thoughts), pemrosesan informasi manusia
(human information proccesing), kontingensi teori (contingency teory), dan
konferensi dan peristiwa (conferences and events).
Studi Burgstahler dan
Sundem (1989) hampir sama dengan studi Lord (1989), yaitu mengkaji perkembangan
riset keperilakuan tahun 1968-1987. Hasil riset yang dikaji diambil dari
artikel yang dipublikasikan pada tiga jurnal, yaitu The Accounting Review (AR),
Journal of Accounting Research (JAR), Accounting Organization and Society
(AOS). Baik artikel yang ditulis oleh Lord (1989) maupun Burgstahler dan Sundem
(1989) merupakan invited paper dalam rangka penerbitan pertama jurnal
Behavioral Research in Accounting. Hal itu berawal dari cikal bakal penelitian
Argyris (1952) yang pertama kali fokus pada anggaran hingga akhirnya sekarang
berkembang pada bidang lain, seperti auditing, pajak, dan akuntansi keuangan.
Menurut Burgstahler
dkk. (1989) penelitian bidang keperilakuan sudah mengalami perkembangan sebagai
berikut. Pertama, metode penelitian behavioral digunakan untuk isu
akuntansi tanpa mengadopsi beberapa teori behavioral yang mendasarinya. Kedua,
model atau teori behavioral diadopsi. Fase ketiga adalah pengujian model
behavioral kepada akuntansi seperti pengujian model lensa Brunswick.
Peneliti-peneliti di
Indonesia juga tertarik dengan riset akuntansi keperilakuan. Bidang riset
keperilakuan juga menjadi pusat perhatian dalam ajang seminar nasional
akuntansi (SNA) di Indonesia yang diselenggarakan setiap tahun oleh IAIKAPd
yaitu Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI) bekerja sama dengan Kompartemen Akuntan Pendidik (KAPd). Topik bahasan
hasil-hasil studi dalam seminar ini dibagi menjadi lima, yaitu akuntansi
keuangan dan pasar modal; akuntansi manajemen dan keperilakuan; akuntansi
sektor publik dan perpajakan; sistem informasi, auditing, dan etika; dan
pendidikan akuntansi dan akuntansi syariah. Hasil penelitian di bidang
akuntansi manajemen dijadikan satu pembahasan dengan akuntansi keperilakuan
karena kedua bidang ini sama-sama membahas tentang manusia.
Burgstahler dan Sundem
(1989) menyebutkan ada beberapa faktor yang membuat behavioral research in accounting secara khusus mempunyai
kesulitan, yaitu bidangnya luas, variabel kompleks, perilaku adalah sebuah
situasi spesifik, perwujudan lain dari interelasi variabel-variabel adalah
beberapa hukum perilaku sepenuhnya umum, titik temu validitas internal dan validitas
eksternal, sistem kontrol akademis, dan evaluasi kualitatif.
Penelitian keperilakuan
dalam akuntansi riset bisa menggunakan tiga jenis metode, antara lain studi
lapangan, eksperimen, dan survei yang masing-masing ada keunggulan dan
kelemahannya. Ketiga metode ini bisa saling melengkapi dengan menerapkan metode
multiple.
Akuntansi Manajemen
Akuntansi manajemen
adalah bagian dari akuntansi yang bertujuan membantu manajer untuk menjalankan
tiga fungsi pokoknya, yaitu perencanaan, pengendalian, dan pengambilan
keputusan. Kehadiran akuntansi manajemen atau sistem informasi manajemen dalam
perusahaan merupakan suatu sistem yang akan memberikan informasi kepada
manajemen untuk membantu pihak-pihak internal untuk mencapai tujuan
organisasinya.
Teknik-teknik dalam
akuntansi manajemen membantu manajemen dalam menjalankan fungsi manajemen.
Misalnya, menyusun anggaran (budget), melakukan analisis cost, volume, propit
(CVP), analisis varian, dan pemilihan sistem pembebanan biaya yang tepat untuk
penentuan harga jual. Pemilihan metode ini akan mempengaruhi keakuratan
pembebanan biaya ke produk sehinggamanajer dapat dengan tepat menentukan harga
jual. Dengan demikian, dapat unggul dan bersaing dalam harga.
Dewasa ini pembebanan
biaya secara konvensional sudah mulai ditinggalkan dan beralih ke pembebanan
biaya berdasarkan aktivitas/activity based costing system (ABC-system). Dalam
perkembangan akuntansi manajemen banyak sekali isu kontemporer dalam
teknik-teknik manajemen mulai diterapkan, seperti metode just in time (JIT),
total quality management (TQM), target costing, dan orientasi pelanggan.
Penilaian kinerja
manajer saat ini sudah mulai mengalami pergeseran. Jika dahulu menilai kinerja
seorang manajer cukup hanya dari perspektif keuangan, tetapi sekarang untuk
mendapatkan gambaran yang lebih komprehensif harus dari dua perspektif yang
dikenal dengan istilah balanced scorecard. Penilaian kinerja akan dilakukan
dari dua sisi, yaitu keuangan (financial) dan non financial seperti penilaian
pelanggan/ customer, pertumbuhan dan pembelajaran, serta proses bisnis
internal.
Artikel terbaru
mengenai akuntansi manajemen ditulis oleh Birnberg G. Jacod (2000) yang
membahas tentang peranan riset keperilakuan dalam pendidikan akuntansi
manajemen pada abad ke dua puluh satu. Birnberg menjelaskan bahwa materi
akuntansi manajemen dalam tiga periode setelah Perang Dunia Kedua berakhir
meliputi periode akuntansi biaya (the cost-accounting period), periode
akuntansi manajemen modern (the modern management accounting period), periode
akuntansi manajemen postmodern (The post-modern management accounting period).
Fokus terbaru dalam akuntansi manajemen seperti dijelaskan oleh Hansen dan
Mowen (2005) adalah activity based management, customer orientation,
cross-functionalperspective, total quality management, time as competitive
element, efficiency dan E-business.
Akuntansi manajemen
sangat erat berkaitan dengan manusia. Kajian atau studi di bidang akuntansi
manajemen mendapat perhatian bagi riset akuntansi di bidang keperilakuan.
Kegagalan dalam hal pencapaian kinerja sebenarnya akibat dari aspek
keperilakuan. Perilaku (behavior) adalah tindakan-tindakan (actions) atau
reaksi (reaction) dari suatu objek atau organisme (Jogiyanto, 2007).
III.
PEMBAHASAN
Riset Akuntansi
Keperilakuan dalam Akuntansi Manajemen Budgeting
Budgeting merupakan
bagian dari materi akuntansi manajemen, yang memegang peranan dalam perencanaan
dan pengendalian sebagai dua bagian yang tak terpisahkan. Perencanan berarti
melihat ke depan, yang mengandung pengertian yaitu menentukan tidakan-tindakan
apa yang harus dilakukan untuk merealisasikan tujuan tertentu. Sebaliknya,
pengendalian adalah melihat ke belakang yang berarti menilai apa yang telah
dihasilkan dan membandingkan dengan rencana yang telah disusun (Hansen &
Mowen, 2005). Adapun tujuan anggaran adalah memberikan informasi yang dapat
meningkatkan kualitas pengambilan keputusan, sebagai standar bagi evaluasi
kinerja dan meningkatkan komunikasi dan koordinasi antarbagian. Anggaran yang
disusun berupa anggaran operasi (seperti anggaran penjualan, produksi,
pembelian bahan, tenaga kerja, overhead, beban penjualan dan administrasi,
persediaan akhir, serta harga pokok penjualan) dan anggaran keuangan (seperti
anggaran arus kas, neraca, dan pengeluaran modal).
Anggaran digunakan
untuk mengontrol kinerja pekerja, yang paling sederhana meliputi empat langkah
berikut:
1)
Penetapan standar oleh manajemen
2)
Penetapan standar oleh kelompok yang
dikontrol
3)
Kinerja operasi
4)
Pelaporan hasil dengan ganjaran positif
atau negatif ditentukan oleh manajemen
Penelitian di bidang
akuntansi manajemen diawali dengan penelitian Argyris (1952), topiknya adalah
budgeting, yaitu melihat hubungan manusia dengan anggaran. Didukung oleh teori
dan temuan empiris dari perilaku organisasional dan psikologi sosial, Argyris
(1952) melakukan sebuah studi lapangan tentang proses anggaran. Covaleski dan
Dirsmith (1986) mewawancarai 56 manajer pada enam rumah sakit. Mereka menemukan
bahwa budgeting digunakan sebagai proses politik oleh manajer untuk
merasionalkan dan melegitimasi aksi simbolis dan ritualistis. Studi lapangan
lainnya oleh Czarniawska-Jorges dan Jacobsson (1989) menjelaskan bagaimana
proses anggaran berhubungan dengan konteks budaya organisasi. Brownell (1982)
meringkas beberapa studi akuntansi dan nonakuntansi yang menunjukkan hubungan
antara karakteristik tugas dan organisasional dengan proses anggaran.
Young (1985) mendesain
sebuah eksperimen untuk secara langsung mengamati slack perilaku dan menemukan
bahwa preferensi risiko dan tekanan sosial benar-benar mempengaruhi terjadinya
slack anggaran Schiff dan lewin (1974) menyatakan pendapat Birnberg dan Nath
bahwa penelitian behavioral dalam managerial accounting dibagi ke dalam tiga
kategori luas, yaitu sebagai berikut:
a)
Usaha untuk menentukan model bagi seluruh
bagian subsistem manusia.
b)
Investigasi ke dalam dimensi behavioral
dari proses kontrol manajemen.
c)
Studi dari sudut pandang behavioral
tentang efek karakteristik perusahaan terhadap bentuk dan fungsi sistem
informasi manajemen.
Beberapa hasil
penelitian akuntansi keperilakuan terbaru dalam bidang akuntansi manajemen di
Indonesia telah diseminarkan dalam Seminar Nasional Akuntansi (SNA) antara lain
sebagai berikut:
1)
Rahman dkk. (2007) meneliti pengaruh
sistem pengukuran kinerja terhadap kejelasan peran, pemberdayaan, psikologis,
dan kinerja manajerial dengan pendekatan partial least square.
2)
Cahyono dkk. (2007) meneliti pengaruh
moderasi sistem pengendalian manajemen dan inovasi terhadap kinerja.
3)
Wijayantoro dkk. (2007) meneliti
hubungan antara sistem pengendalian manajemen dengan perilaku disfunctional:
budaya nasional sebagai variabel moderating (penelitian para manajer perusahaan
manufaktur di Jawa Tengah).
4)
Yufaningrum dkk. (2005) menganalisis
pengaruh partisipasi anggaran terhadap kinerja manajerial melalui komitmen
tujuan anggaran dan job relevant information (JRI) sebagai variabel
intervening.
5)
Sumarno (2005) meneliti pengaruh
komitmen organisasi dan gaya kepemimpinan terhadap hubungan antara partisipasi
anggaran dan kinerja manajerial.
A. Balanced
Scorecard
Balanced scorecard
merupakan isu-isu terbaru dalam akuntansi manajemen. Balanced scorecard
merupakan suatu sistem manajemen strategic yang menjabarkan misi dan strategi
suatu organisasi ke dalam tujuan operasional dan tolak ukur kinerja untuk empat
perspektif yang berbeda, yaitu perspektif keuangan, perspektif pelanggan,
perspektif bisnis internal, serta pembelajaran dan pertumbuhan (Wijaya Tunggal,
2003). Pengukuran kinerja yang komprehensif ini diberi nama balanced scorecard.
Hal itu pertama kali diperkenalkan oleh Kaplan dan Norton (1992) mengenai
keunggulan pengukuran kinerja dari dua perspektif, yaitu sisi keuangan dan non
keuangan (customer relations, internal business processes, learning and
growth).
Kaplan dan Norton
(1996) menulis mengenai penggunaan balanced scorecard sebagai sistem manajemen
strategi. Balanced scorecard dapat berfungsi sebagai alat untuk mengawasi
apakah strategi perusahaan telah dijalankan dan juga untuk menilai apakah
strategi yang telah ditetapkan sudah tepat. Salah satu contoh penelitian dengan
topik ini dilakukan oleh Lipe dan Salterio (2000).
B. Just
In Time (JIT)
Just In Time (JIT)
merupakan suatu filosofi yang memusatkan pada eliminasi aktivitas pemborosan
dengan cara memproduksi produk sesuai dengan permintaan konsumen dan hanya
membeli bahan sesuai dengan kebutuhan produksi dengan tujuan strategis
meningkatkan laba, meningkatkan mutu, mengendalikan sediaan, dan memperbaiki
kinerja pengiriman (Supriyono, 1999).
Sebuah contoh penelitian
di bidang JIT dilakukan oleh Balakrishnan (1996) yang meneliti
perusahaan-perusahaan yang mengadopsi sistem inventori JIT dan pengaruhnya
terhadap Ratio Return on Assets (ROA). Penelitian ini dimotivasi oleh
perusahaan-perusahaan kelas dunia di Amerika yang mulai mengadopsi JIT karena
dapat mengurangi cost (biaya). Jadi, adanya pertimbangan cost and benefit.
Turunnya nilai persediaan berarti turunnya cost (biaya).
C.
Total Quality Management
Manajemen mutu total
(Total Quality Management/TQM) adalah suatu pendekatan sistem untuk
mengintegrasikan semua fungsi dan proses dalam suatu organisasi agar
tercapainya penyempurnaan mutu barang atau jasa secara berkesinambungan dengan
tujuan untuk mencapai kepuasan konsumen (Supriyono, 1999). Untuk membantu tercapainya
Total Quality Management/TQM harus memperhatikan daur hidup produk seperti
desain dan pengembangan, pengadaan masukan, produksi, pemasaran, distribusi,
dan pelayanan.
Ittner (1995) meneliti
tentang Total Quality Management (TQM) dan pilihan dari informasi dan sistem
reward-nya. Data diambil dari sampel perusahaan automobil dan industri komputer
dari Jerman, Kanada, Jepang, dan Amerika pada tahun 1991 yang telah
mempraktikkan manajemen kualitas/ Quality Management. Penelitian dilakukan
metode survei.
D. Activity
Based Costing System (ABC System)
Activity based costing
adalah suatu sistem pembebanan biaya yang berdasarkan aktivitas. Activity-based
Costing (ABC) telah dipromosikan dan diadopsi sebagai dasar untuk pembuatan
keputusan yang strategis dan untuk meningkatkan kinerja laba (Bjornenak dan
Mitchell, 1999). Informasi ABC kini juga digunakan secara luas untuk menilai
continous improvement dan untuk memonitor proses kinerja. ABC dapat diterima
secara luas dan cepat karena dipercaya memiliki banyak keunggulan dibandingkan
dengan metode pembebanan biaya konvensional.
Dalam sebuah
eksperimen, Drake et al. (1999) menemukan bahwa aktivitas yang inovatif dapat
menghasilkan tingkat laba perusahaan yang lebih tinggi atau lebih rendah bila
para pekerja mempunyai informasi mengenai ABC. Gunawan (2007) meneliti analisis
hubungan activity based costing dengan peningkatan kinerja keuangan yang
merupakan studi empiris yang dilakukan di Bursa Efek Jakarta. Hasil pengujian
tidak menemukan bukti empiris yang mendukung analisis dan penelitian sebelumnya
mengenai kondisi yang memungkinkan untuk bisa memperoleh keuntungan dari ABC.
Hubungan antara lingkup penggunaan ABC dan peningkatan di dalam ROI tidak
dipengaruhi oleh faktor yang diidentifikasi spesifik.
Implikasi Riset
Akuntansi Keperilakuan, Terhadap Pengembangan Akuntansi Manajemen
Melalui riset akuntansi
keperilakuan, teori-teori, konsep, dan isu-isu terbaru dalam akuntansi
manajemen dapat diuji secara empiris mengenai manfaat teori-teori baru tersebut
terhadap peningkatan kinerja dalam pengambilan keputusan strategik. Dengan
adanya hasil riset empiris dalam akuntansi manajemen ini dapat membantu
pengembangan akuntansi manajemen. Pihak manajemen menjadi yakin terhadap
konsep-konsep yang baru dikembangkan tersebut akan membantu dalam fungsi pokok
manajemen, yaitu perencanaan, pengendalian, dan pengambilan keputusan. Isu -
isu terbaru dalam akuntansi manajemen, seperti activity based management,
customer orientation, cross-functional perspective, total quality management,
time as competitive element, efficiency dan E-business, ABC system, dan
balanced scorecard ikut memperkaya hasil penelitian di bidang riset
keperilakuan.
Antara akuntansi
manajemen dan riset akuntansi keperilakuan ada keterkaitan karena kesuksesan dalam
menghasilkan informasi akuntansi manajemen sangat tergantung pada faktor
manusia dalam berperilaku. Riset akuntansi keperilakuan pertama kali berkembang
dari bidang akuntansi manajemen, yaitu bidang yang dibahas adalah budgeting.
Akuntansi manajemen dapat dikatakan memberikan kontribusi yang besar dalam
riset akuntansi keperilakuan. Bidang akuntansi manajemen sangat berkaitan
dengan perilaku manajer dan seluruh staf organisasi. Tercapainya visi
perusahaan sangatlah tergantung pada kerja sama antara berbagai pihak, baik
dari pihak internal perusahaan maupun kerja sama yang baik dengan pihak
ekstrnal perusahaan.
IV. SIMPULAN
Riset akuntansi
keperilakuan (Behavioral Accounting Riset/BAR) adalah bidang riset yang sedang
berkembang. Riset akuntansi keperilakuan dalam bidang akuntansi manajemen
seperti budgeting penelitian ini diawali oleh Argyris (1952) yang melakukan
sebuah studi lapangan tentang proses anggaran. Dalam perkembangan sekarang
riset akuntansi keperilakuan dalam bidang akuntansi manajemen sudah berkembang
pada penelitian dan pengujian terhadap konsep-konsep baru dalam akuntansi
manajemen.
Hasil-hasil riset
akuntansi keperilakuan yang menguji konsep-konsep baru dalam akuntansi
manajemen seperti activity based management, customer orientation, cross-functional
perspective, total quality management, time as competitive element, efficiency
dan E-business, ABC system, dan balanced scorecard diharapkan akan memberikan
pengembangan terhadap teori-teori akuntansi manajemen menjadi teori yang lebih
baik dan dipercaya implementasinya akan memberikan manfaat bagi perusahaan.
Melalui riset akuntansi keperilakuan pada akuntansi manajemen diharapkan akan
melahirkan konsep atau teori baru.
DAFTAR PUSTAKA
ASRI DWIJA PUTRI, I G.A.M. Jurusan Akuntansi, Fakultas
Ekonomi, Universitas Udayana, diakses pada hari minggu, tanggal 12 Juni 2011
(www.google.com).
Argyris. 1952. The Impact of Budget on
People. New York: The Controllership Foundation.
Arnold, Vicky dan Sutton, Steve G.
Behavioral Accounting Research, Foundations and Frontiers. University of
Massachusetts Dartmouth.
Ashton, Robert H. 1982. Human
Information Processing in Accounting. New York University.
Balakrishnam dkk. 1996. “Financial from
JIT Adoption: Effects of Customer Concentration and Cost Structure”. The
Accounting Review. Vol 71. No.2
Birnberg, Jacob G. dkk. 2000. “The Role
of Behavioral Research in Management Accounting Education in the 21st Century”.
Issues in Accounting Education . Vol 15. No.4
Burgstaler, David dan Sundem, Gery
L.1989. “The Evolution of Behavioral Accounting Research in The United States
1968-1987”. Behavioral Research In Accounting. Vol 1. USA.
Cahyono, Dwi dkk. 2007. “Pengaruh
Moderasi Sistem Pengendalian Manajemen dan Inovasi Terhadap Kinerja”. Kumpulan
Makalah Simposium Nasional Akuntansi X di Makasar.
Covaleski, M dan M.W. Dirsmith, 1986.
“The Budgeting Process of Power and Politic”. Accounting Organisation and
Society.
Czarniawaska, Joerges, B., dan
Jacobsson, B. 1986. “Budget in a Cold Climate”. Accounting Organisation and
Society.
Drake, A. R., et al. 1999. Cost System
and Incentive Structure Effects on Innovation, Efficiency and Profitability in
Teams.
Gunawan, Barbara. 2007. ”Analisis
Hubungan Activity Based Costing dengan Peningkatan Kinerja Keuangan, Studi Empiris
di Bursa Efek Jakarta”. Kumpulan Makalah Simposium Nasional Akuntansi X di
Makasar.
Hansen, R. Hansen dan Mowen. Maryanne M.
2005. Management Accounting. Thomson South - Western.
Jogianto. 2007. Sistem Akuntansi
Keperilakuan. Yogyakarta: Andi.
Rahman, Syaiful dkk. 2007. ”Pengaruh
Sistem Pengukuran Kinerja terhadap Kejelasan Peran, Pemberdayaan Psikologis,
dan Kinerja Manajerial”. Kumpulan Makalah Simposium Nasional Akuntansi X di
Makasar.
Schiff, Michael and Lewin, Arie Y. 1974.
Behavioral Aspects of Accounting. Prentice Hall., Inc.
Sumarno, J. 2005. ”Pengaruh Komitmen
Organisasi dan Gaya Kepemimpinan terhadap Hubungan antara Partisipasi Anggaran
dan Kinerja Manajerial”. Kumpulan Makalah Simposium Nasional Akuntansi VIII di
Solo.
Supriyono. 1999. Manajemen Biaya Suatu
Reformasi Pengelolaan Bisnis. Yogyakarta: BPFE.
Wijayantoro, Lili Sugeng dkk. 2007.
”Hubungan Antara Sistem Pengendalian Manajemen dengan Perilaku Disfungsional :
Budaya Nasional Sebagai Variabel Moderating”. Kumpulan Makalah Simposium
Nasional Akuntansi X di Makasar.
Young, S.M. 1985. ”Participative
Budgeting: The Effect Risk Aversion and Asimmetric Information on Budgetary
Slack”. Journal Accounting Research.
Yufaningrum, Kurnasriati dan Imam
Ghozali. 2005. ”Analisis Pengaruh Partipasipasi Anggaran terhadap Kinerja
Manajerial Melalui Komitmen Tujuan Anggaran dan Job Relevant Information (JRI) sebagai
Variabel Intervening”. Kumpulan Makalah Simposium Nasional Akuntansi VIII di Solo.
0 komentar:
Posting Komentar